BLOGGER TARAKAN KOMUNITAS
Poliagro Tarakan Kalimantan Timur ~ agrokaltim.blogspot.com Poliagro Tarakan Kalimantan Timur ~ agrokaltim.blogspot.com Poliagro Tarakan Kalimantan Timur ~ agrokaltim.blogspot.com Poliagro Tarakan Kalimantan Timur ~ agrokaltim.blogspot.com
Poliagro Tarakan Kalimantan Timur ~ agrokaltim.blogspot.com Poliagro Tarakan Kalimantan Timur ~ agrokaltim.blogspot.com Poliagro Tarakan Kalimantan Timur ~ agrokaltim.blogspot.com Poliagro Tarakan Kalimantan Timur ~ agrokaltim.blogspot.com

Wednesday, January 21, 2009

Pesan Harapan Obama di Upacara Pelantikan

Selasa, 20 Januari 2009 | 23:57 WIB

WASHINGTON, SEALASA - Barack Obama telah berada di Capitol Hill untuk dilantik sebagai presiden AS pertama yang merupakan keturunan Afrika-Amerika di hadapan para tamu yang mencapai lebih dari 1 juta orang. Obama tiba di Capitol Hill dengan menyambut wakil presiden Joe Biden dan menteri luar negeri Hillary Clinton sebelum mengambil posisi di dekat istrinya, Michelle Obama.

Setelah didahului oleh doa, Obama selanjutnya akan menyampaikan pidato pelantikan dirinya mengenai pesan harapan di balik sejumlah masalah yang dihadapi oleh AS. Joe Biden terlebih dahulu diangkat sumpahnya sebelum kemudian Barack Obama diangkat sumpahnya.

Joe Biden yang telah diangkat sumpahnya menerima ucapan selamat dari Barack Obama. Sekitar 2 juta orang diperkirakan memadati wilayah Capitol, Gedung Putih dan Lincoln Memorial saat berlangsung pelantikan Obama tersebut.....

JIM
Sumber : AP. Kompas.com

Labels:

Tuesday, January 20, 2009

PROGRAM STUDI BARU_POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

Diinformasikan bahwa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Kampus biru Samarinda Seberang telah membuka Program Studi Baru untuk tahun 2009:
1. Geoinformatika
2. Manajemen Lingkungan
dimohon rekan-rekan alumni untuk turut menyebar luaskan informasi tersebut...
ada deh ongkos lelahnya tapi minta sendiri ke Kampus Biru....

Labels: ,

Kayunya untuk Furniture, Getahnya untuk Bahan Baku Cat

Mengikuti Ekspedisi Tengkawang dan Agathis (5-Habis)

Banyak manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ekspedisi ini. Selain untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang alam di Tarakan juga melihat potensi hutan yang bisa dikembangkan.

HERLIN LILING TASIK

INILAH yang menjadi sasaran tim ekspedisi sekaligus dalam rangka memantau keberadaan hutan dan memastikan tidak ada kegiatan penjarahan pohon yang dimanfaatkan oleh pihak tertentu seperti di daerah lain.

Di luas lahan sekitar 30 hekare ratusan agathis jenis Borneensis tersebar di hutan yang ada di Juata Kerikil. Sama dengan hutan tengkawang di Gunung Selatan, agathis ini juga diyakini berusia ratusan tahun. Hal itu tampak dari besarnya batang pohon agathis. Tim ekspedisipun membuktikannya dengan mengukur lingkar batang pohon atau diameter dengan bentangan tangan.

“Kalau berdasarkan lingkar tangan orang dewasa perlu 3 orang yang membentangkan tangannya memeluk batang pohon. Itu berarti ukurannya kurang lebih 300 centimeter. Tapi untuk agathis memang perkembangan batang batangnya agak lambat. Per tahun riap (pertumbuhan lingkar pohon) hanya 0,25 sampai 1 centimeter,” tutur Staf Rehabilitasi Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi (Dishutamben) Tarakan Jaini SHut.

Meskipun pertumbuhannya lama tapi banyak sekali manfaat yang diambil baik dari batang hingga getahnya sekalipun. “Seperti yang diketahui bahwa kayu agathis ini banyak dimanfaatkan untuk furniture dan harganya cukup mahal,” tuturnya. Bahkan, bisa juga di ekspor ke luar negeri. Meskipun banyak manfaatnya dan jumlah pohon agathis yang ada di Tarakan cukup banyak namun Jaini mengatakan belum bisa dikembangkan. “Untuk sementara pohon yang berusia ratusan tahun ini dijadikan indukan sementara anakannya akan kita kembangkan dan di tanam di sekitar pemukiman penduduk,” ungkapnya. Selain itu, dishutamben juga melibatkan warga sekitar untuk ikut menjaga dan melindungi hutan yang bisa diwariskan ke anak cucu nantinya.

“Hanya saja di hutan ini indukan dari agathis ini bukan untuk dimanfaatkan untuk dikelola menjadi bahan baku furniture tetapi untuk menambah koleksi tanaman agathis yang anakannya bisa dikembangkan nantinya,” terangnya.

Tidak hanya memanfaatkan kayunya saja tetapi getah agathis bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku campuran cat atau yang dikenal dengan nama thiner.

Selain itu sebaran agathis di Indonesia cukup merata. Bisa dijumpai di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan lrian Jaya. Sedangkan hutan agathis tidak terdapat di Jawa dan Nusa Tenggara dan di Sumatera sangat jarang. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pohon ini dapat mencapai ketinggian hingga 40-70 meter.

Labels: , , ,

Kembangkan Agathis Dammara, Datangkan 100 Ribu Anakan dari Bogor

Mengikuti Ekspedisi Tengkawang dan Agathis (4)

Ke hutan agathis lebih menantang. Itulah satu kalimat yang diungkapkan bagi mereka yang pernah menjelajahi hutan Tengkawang dan Agathis yang ada di Tarakan.

HERLIN LILING TASIK

UNTUK bisa tiba di lokasi yang dituju, memerlukan waktu tempuh 2,5 jam. Lebih lama 1 jam dibandingkan menjelajah ke hutan yang terdapat potensi Tengkawangnya. Pasalnya jalan yang dilalui sangat menantang. Tim ekspedisi kembali melewati tanah longsor yang dibawahnya ada jurang cukup dalam. Jelas ini membuat tim lebih hati-hati. “Sangat bagus tapi melelahkan,” begitu kata Michael tim ahli DED (deutscher entwicklungs dienst) yang baru tiba di hotel pada pukul 08.00 setelah melakukan ekspedisi. Meskipun tidak ada rawa tetapi jalan yang dilalui harus ekstra hati-hati.

“Di sini lebih menantang dari hutan yang ada di Gunung Selatan. Tidak ada rawa tapi melewati tanah longsor dan menyeberangi sungai kecil. Menebas rumput-rumput yang tinggi dan ranting yang menghalangi jalan. Langkah kaki berat, lelah, tapi tetap bersemangat,” katanya.

Di hutan ini kita bisa menemukan pohon agathis berjenis borneensis yang usianya ratusan tahun. Sedangkan agathis jenis lainnya terdapat di pulau Jawa. Perbedaan keduanya bisa dilihat dari bentuk daunnya. “Kalau jenis agathis dammara daunnya agak kecil dan memanjang sedangkan jenis borneensis daunnya lebih lebar,” terang Jaini, staf rehabilitasi hutan dan lahan dinas kehutanan, pertambangan dan energi, Tarakan.

Agathis sangat potensial dikembangkan di Tarakan. Apalagi banyak manfaat dan harganya bagus di pasaran ekspor. Untuk itu, Dishutamben Tarakan mendatangkan agathis lainnya, yaitu jenis dammara dari Bogor sebanyak 100 ribu anakan. Selain sudah beberapa yang ditanam, anakan pohon lainnya masih disimpan di area persemaian dishutamben yang ada di simpang Intraca. “Untuk dikembangkan di Tarakan memang sangat cocok tetapi harus melihat jenis tanahnya juga,” kata Jaini.

Kembali ke ekspedisi. Dalam perjalanan ini, lagi-lagi Global Position System (GPS) punya peranan signifikan sebagai petunjuk arah jalan menuju area pohon yang dimaksud.

Untuk diketahui, selain mengamati dan meneliti keadaan hutan di Tarakan, ini adalah upaya dinas kehutanan dalam menjaga hutan lindung yang ada di Tarakan agar tidak ditebang secara liar oleh warga maupun pihak yang mempunyai kepentingan tertentu. Disamping itu juga agar paru-paru kota bisa terjaga dan anak cucu kita bisa terus menghirup udara segar setiap hari karena racun yang dikelaurkan asap pabrik, kendaraan maupun gas beracun lainnya bisa diambil oleh tumbuhan untuk digantikan oksigen yang dibutuhkan manusia dan hewan. (bersambung)

Labels: , , ,

Thursday, January 15, 2009

Temukan Pondok Penjarah Harta Karun di Tengah Hutan

Mengikuti Ekspedisi Tengkawang dan Agathis (3)

Tarakan juga menjadi salah satu saksi sejarah pertempuran oleh negara lain. Hal ini dibuktikan banyaknya peninggalan bersejarah seperti meriam dan benteng pertahanan Belanda, bunker-bunker peninggalan Jepang dan masih banyak lagi situs yang lainnya.

HERLIN LILING TASIK

SITUS sejarah tersebut juga yang sempat ditemukan di jalan menuju hutan Tengkawang yang dilalui saat ekspedisi bersama Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi bersama polisi hutannya (Polhut), Wakil Ketua DPRD Tarakan Agus Wahono, dan bersama beberapa wartawan.

Tidak hanya sekali dua kali saja Polhut masuk ke hutan Tengkawang yang ada di Gunung Selatan. Karena seringnya mereka sudah sangat hapal dengan jalan yang dilalui. Selain itu mereka juga menggunakan GPS (Global Position Sistem) untuk mengetahui keberadaan pohon tertentu yang ditentukan berdasarkan titik koordinat pohon tersebut.

“GPS ini biasanya jadi bekal kami kalau masuk ke hutan karena dihubungkan langsung dengan satelit. Kalau nggak ada ini bisa tersesat dan nggak tahu jalan kalau sudah berada di tengah hutan,” terang Staf Rehabilitasi Hutan dan Lahan Dishutamben Jaini SHut.

Dalam praktiknya, Jaini dan Ari langsung mengeluarkan GPS di tangan mereka dan mencari letak titik koordinat dari pohon Tengkawang yang dicari. Rumput dan ranting pohon ditebang untuk bisa tiba di lokasi yang dituju. Akhirnya di GPS menunjukkan koordinat N 03 derajat, 21 menit dan 04,6 detik dan L 117 derajat, 36 menit dan 05,1 detik untuk sebuah pohon yang dicatat agar saat ke sana tidak bingung.

“Di sana letak pohon Tengkawang yang kita cari,” tutur Jaini sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.

Jaini menjelaskan, bahwa Tengkawang ini nama umum untuk Indonesia sementara klasifikasinya dari superdiviso Spermatophyta atau menghasilkan biji, divisio Magnoliophyta atau berbunga, kelas Magnoliopsida atau berkeping dua dan sub kelas Dilleniidae, ordo Theales, familia Dipterocarpaceae, genus Shorea dan spesies Shorea micrantha.

Selain potensi hutan di Tarakan yang cukup banyak seperti rotan, kayu Gaharu, fauna yang tinggal di hutan Tengkawang Gunung Selatan terdapat juga potensi sejarah berupa peninggalan jaman perang beberapa puluh tahun lalu. Tapi sayangnya sejak beberapa waktu lalu situs tersebut sudah tidak terlihat lagi karena dijarah warga.

“Awalnya kami mengingatkan agar jangan melakukan penjarahan situs sejarah yang ada di hutan lindung tersebut tapi ketika datang lagi situs yang berupa besi tua itu sudah tidak ada lagi,” tutur salah satu Polhut yang menemani ekspedisi tersebut. Yang tersisa hanya sebuah gubuk yang diduga tempat tinggal para penjarah berukuran kurang lebih 2x3 meter. Ditemukan juga tali tambang yang diduga untuk mengikat dan menarik besi tua yang berharga itu.

Labels: , , ,

Penuh Rintangan, Lalui Jalan yang Lebarnya Hanya Dua Jengkal

Mengikuti Ekspedisi Tengkawang dan Agathis (2)

Dalam ekspedisi Tengkawang yang digelar Sabtu (10/1) lalu banyak sekali potensi hutan di Tarakan yang ditemukan sepanjang jalan yang dilalui. Dan, potensi tersebut termasuk tanaman yang khas dari Kalimantan, yaitu kantong semar.

HERLIN LILING TASIK

KANTONG SEMAR yang nama latinnya dikenal dengan nama Nepenthes sp termasuk tanaman yang khas dari Kalimantan dan langka ditemukan di daerah lain. Sepanjang perjalanan tanaman yang bentuknya unik dan saat ini sedang ‘digilai’ pencinta tanaman hias. Tidak terkecuali Michael tim ahli dari Deutscher Entwicklungs Dienst (DED) yang sempat mengabadikan ketika melihat tanaman ini di sepanjang jalan yang dilalui menuju lokasi ditemukannya pohon Tengkawang yang berusia ratusan tahun.

Seperti yang diketahui bahwa kantong semar tak hanya penampilannya yang istimewa tapi tanaman ini juga menyimpan potensi bisnis yang patut diperhitungkan. Bentuknya terbilang unik. Mengantong dan membulat di bagian ujung. Ada yang bilang mirip tokoh pewayangan Semar dengan perut buncitnya. Lantaran itulah, tanaman ini diberi nama kantong semar. Bagai bunga pemikat serangga karena daun tanaman ini mengeluarkan madu pada pinggirannya hinggalicin mirip bunga sejati. Serangga yang salah langkah tertarik oleh cairan manis, akan tergelincir dan masuk kedalam cairan yang mengandung enzim pencerna protein.

Berdasarkan hasil penelitian, di dunia sudah ditemukan 82 jenis kantong semar. Setiap jenis berbeda bentuk dan warna kantong. Ada 64 jenis di Indonesia, yang separuhnya tumbuh di Kalimantan. Sebelum penemuan, ada lima jenis yang tumbuh di Tarakan, yakni hirusta, ampullaria, mirabilis, rafflesiana, dan reinwardtiana.

“Dalam perjalanan ke hutan agathis yang ada di Juata Kerikil juga banyak ditemukan dan tanaman ini cukup banyak ditemukan di Tarakan,” tutur Staf Rehabilitasi Hutan dan Lahan Dishutamben Tarakan Jaini SHut.

Perjalanan dilanjutkan ke patok 1 di hutan Gunung Selatan menuju hutan Tengkawang. Ditemukan juga sebuah sumur tua peninggalan zaman Belanda yang sudah tidak dimanfaatkan lagi.

Tidak mudah jalan yang dilalui untuk bisa tiba di lokasi yang dituju. Karena melewati bukit yang curam karena longsor yang tersisa hanya jalan setapak yang bisa diukur dengan tangan. Tepatnya 2 jengkal tangan orang dewasa yang di sebelah kanan dan kiri berupa jurang yang berbahaya jika tidak hati-hati. Setiap kali dilalui sedikit demi sedikit tanah disampingnya terkikis.

Tidak hanya jalan bercuram yang dilalui tetapi rawa yang dalamnya selutut orang dewasa dan kemiringan bukit yang harus didaki dengan manual memiliki kemiringan sekitar 40 derajat. Apalagi jalan yang licin akibat hujan membuat petualangan di ekspedisi itu semakin menantang. Ada space yang cantik ketika sampai di tengah hutan. Sebuah sungai kecil yang dialiri air yang di bagian bawahnya terdapat batu bara yang tertanam membuat sungai tersebut semakin indah. Sangat cocok jika bisa dikembangkan menjadi salah satu objek wisata karena hamparan pasir yang luas mempercantik hutan ini.

“Di sini kita masih sering temukan berbagai jenis burung dan hewan seperti bajing yang melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Potensi hutan lainnya di sini juga terdapat pohon Gaharu yang usianya juga diperkirakan ratusan tahun,” tandasnya.

Satu lagi perlengkapan yang harus disediakan kalau menjelajahi hutan ini. yaitu sarung tangan yang cukup tebal karena kita harus berhadapan dengan tanaman yang berduri seperti jenis pandan rawa

Labels: , , ,

Berbuah Setahun Sekali, Lemak Tengkawang Berharga Tinggi

Mengikuti Ekspedisi Tengkawang dan Agatis di Gunung Selatan (1)

Perlu waktu sekitar 1,5 jam untuk bisa tiba di lokasi pohon Tengkawang (Shorea sp) yang mulai jarang ditemui di hutan Kalimantan, apalagi di Tarakan. Bagaimana perjalanan yang dilalui, berikut tulisan wartawati koran ini yang mengikuti ekspedisi tersebut?

HERLIN LILING TASIK

EKSPEDISI ke hutan lindung di Tarakan menuju lokasi ditemukannya pohon jenis Tengkawang memerlukan persiapan yang matang. Selain perlengkapan untuk menghadapi medan yang manantang juga bahan makanan dan minuman yang cukup agar tidak lelah saat diperjalanan. Perjalanan yang dimulai pukul 10.00 Wita dengan cuaca yang kurang bersahabat. Melalui Gunung Selatan Kampung Satu, perjalanan pun dimulai pagi hingga siang.

Tim ekspedisi dari Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi (Dishutamben) termasuk 5 polisi hutan, Wakil Ketua 1 DPRD Tarakan Agus Wahono dan beberapa wartawan ke hutan lindung yang ada di Gunung Selatan memerlukan waktu 30 menit dari jalan besar menuju patok 1.

Dilanjutkan ke patok 2 dengan menempuh waktu hanya 15 menit dan menuju lokasi memerlukan waktu sekitar 45 menit dari patok 2. Akhirnya, tiba di lokasi hutan yang terdapat lebih dari 150 pohon Tengkawang. Pohon-pohon yang menjulang tinggi itu diperkirakan berusia ratusan tahun dengan diameter rata-rata 200 centimeter.

Selain pohon Tengkawang yang usianya ratusan tahun, terdapat juga hamparan anakan pohon itu.

“Inilah yang akan kami kembangkan sebagai salah satu potensi hutan lindung untuk dikembangkan karena keberadaannya cukup langka di Tarakan,” tutur staf Rehabilitasi Hutan dan Lahan Dishutamben Jaini didampingi Kasi Rehabiltasi Hutan dan Lahan, Maryanto.

Dikatakan, potensi dari Tengkawang ini juga akan dikembangkan ke pemukiman penduduk. Untuk itu, pohon induk tersebut yang ke depannya akan dikembangkan dan dibudidayakan mengingat banyak sekali manfaat dari buah Tengkawang ini. “Namun untuk menanam pohon ini harus ada pohon peneduh seperti Sengon,” terangnya.

Berdasarkan hasil penelitian buah ini sangat banyak manfaatnya. Seperti bahan pengganti minyak coklat, bahan lipstik, minyak makan dan bahan obat-obatan. Bahkan sifatnya yang khas, lemak tengkawang berharga lebih tinggi dibanding minyak nabati lain seperti minyak kelapa.

Ciri-ciri dari buah Tengkawang yang berpotensi untuk dijadikan sebagai pengganti minyak nabati ini sangat unik. Warna pepagan coklat muda. Tajuk lebat, daun tunggal, tebal, kaku besar, bulat panjang. Perbungaan bentuk mulai terdapat di ujung ranting atau di ketiak daun. Buahnya bundar telur, berbulu tebal, bersayap 5 (3 sayap besar, 2 sayap kecil). Ditinjau dari segi kayunya, Tengkawang Tungkul dikenal dengan sebutan Meranti Merah yang kayunya ringan dengan berat jenis 0,49 kelas kekuatan III dan kelas IV. Pemanfaatan kayu ini umumnya untuk konstruksi ringan, yaitu lapis, perabot rumah tangga (kursi, meja dan sebagainya), dinding rumah dan bahan kertas.

Buah ini tergolong langka atau sulit ditemukan karena hanya mampu berbuah setahun sekali. “Biasanya musim berbuahnya pada pertengahan bulan yaitu sekitar Juni hingga Agustus. Sementara saat ini masih musim kembang,” jelas Jaini.

Di Indonesia terdapat sekitar 13 jenis pohon penghasil yang tersebar terutama di Kalimantan dan sebagian kecil di Sumatera. Penanaman Tengkawang sudah saatnya dilaksanakan terutama di Kalimantan mengingat pohon tersebut merupakan pohon khas Kalimantan dan bijinya bernilai tinggi. Seperti diketahui sampai sekarang biji tengkawang dipungut dari pohon tengkawang yang tumbuh di hutan alam. Sebagai hasil tambahan bila produksi biji telah menurun, kayunya dapat dipungut untuk dimanfaatkan sebagai salah satu jenis kayu bernilai tinggi yang banyak diminati baik untuk industri kayu lapis maupun industri kayu gergajian. Dan Shorea stenoptera burck merupakan jenis yang telah dikenal baik sebagai penghasil biji tengkawang yang telah diperniagakan secara luas, terutama untuk tujuan ekspor.

Sudah saatnya dirintis penanaman pohon Tengkawang, dengan areal tanaman cukup luas yang dikelola secara intensif. Jenis pohon yang disarankan adalah tengkawang guncang atau Tengkawang Tungkul.

Labels: , , ,